Kesimpulan Teknologi AI menghadapi era New Normal
Nama : Fat’hiyyah Nuswantari
NPM : 12118579
Teknologi
AI menghadapi era New Normal
Pandemi Covid-19
semakin menunjukkan betapa penting dan bermanfaatnya solusi digital dalam
mengembangkan bisnis. Pandemi Covid-19 dapat dikatakan sebagai katalis utama
tranformasi digital yang akan mempercepat beberapa tren teknologi yang sudah
berjalan sebelumnya. Terlepas dari dampak ekonomi yang muncul akibat pandemi,
sisi positif yang dapat diambil dari fenomena ini adalah percepatan
pengembangan teknologi, terutama inovasi teknologi yang membantu mengurangi
kontak antar manusia, otomatisasi proses hingga peningkatan produktivitas di
tengah social maupun physical distancing. Berikut selengkapnya tren teknologi
pasca pandemi Covid-19 dan New Normal yang dirangkum dari berbagai sumber.
- Artificial Intelligence (AI)
Menurut PwC, pada tahun 2030 produk-produk Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan akan memberikan kontribusi lebih dari USD15,7 triliun bagi ekonomi global. Kemudahan yang ditawarkan AI sendiri sudah sering digunakan di lintas industri seperti pemrosesan data hingga pengenalan wajah atau suara. Pasca Covid-19, konsumen tidak akan kembali normal seperti sebelum pandemi. Konsumen akan lebih banyak melakukan aktivitas belanja secara online, sementara mereka yang bekerja akan lebih banyak mengerjakan tugasnya secara remote. Saat perusahaan mulai menavigasi dunia pasca Covid-19 dan ekonomi perlahan mulai pulih, penerapan AI akan sangat membantu dalam beradaptasi dengan New Normal. Sebagai contoh, AI akan sangat berguna bagi industri retail dan supply chain. Melalui machine learning (ML) dan analisis data lebih lanjut, AI akan membantu perusahaan mendeteksi pola belanja baru dan memberikan pengalaman yang lebih dipersonalisasi kepada pelanggan. Sistem yang mendukung AI juga terus belajar sehingga membantu perusahaan menghadapi dan beradaptasi dengan New Normal.
- Cloud computing
Industri Cloud cukup beruntung saat pandemi, karena lonjakan permintaan yang terjadi secara tiba-tiba. Microsoft misalnya, melaporkan lonjakan permintaan layanan Cloud hingga 775% saat pandemi Covid-19. Pasca Covid-19 atau saat New Normal, teknologi Cloud kemungkinan akan menerima lonjakan implementasi di semua jenis aplikasi. Misalnya, pada metode pembelajaran online yang mengharuskan siswa maupun pendidik menggunakan layanan video conference berbasis Cloud. Layanan serupa juga dilakukan perusahaan di lintas industri. Ke depannya, lembaga pendidikan hingga beragam bisnis akan cenderung terus memanfaatkan teknologi Cloud. Ketika permintaan untuk Cloud bertambah, implementasinya ke ranah mobile demi akses yang lebih mudah akan menjadi kunci semakin berkembangnya layanan Cloud.
- Jaringan 5G
Jaringan 5G disebut sebagai masa depan komunikasi dan ujung tombak industri telekomunikasi seluler. Penyebaran jaringan 5G akan terjadi antara tahun 2020 hingga 2030, memungkinkan koneksi tanpa jarak bahkan antara manusia dan mesin yang saling terhubung. Jika dibandingkan dengan 4G, jaringan 5G mampu menawarkan kecepatan lima kali lebih cepat serta koneksi yang stabil. Namun, sejauh ini jaringan 5G belum tersedia secara luas. Kendati demikian, jaringan 5G memiliki potensi untuk merevolusi fungsi jaringan seluler lebih cepat dikarenakan Covid-19. Sebab, sejumlah besar orang didorong untuk karantina diri, bekerja hingga belajar dari rumah sehingga menciptakan permintaan bandwidth yang lebih tinggi.
- Internet of Things (IoT)
IoT memungkinkan pemerintah daerah untuk memprediksi daerah mana saja yang akan terdampak banjir. Teknologi IoT juga memungkinkan adanya alat pintar yang dapat mendeteksi apakah sebuah makanan sehat atau tidak. Statista menyebutkan, pada 2019 ada sekitar 26 miliar perangkat IoT dan diperkirakan jumlahnya meningkat 30,73 miliar pada 2020 hingga 75,44 miliar pada 2025. IoT akan mengubah pengalaman pengguna secara mendalam, memberikan peluang yang sebelumnya dianggap tidak mungkin terjadi. Dikarenakan pandemi, di mana orang-orang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, perangkat IoT akan mendapatkan tempatnya. Berkat fiturnya yang dapat memudahkan kehidupan orang-orang dalam kehidupannya sehari-hari, perangkat IoT menjadi hal yang trendi. Satu contoh di mana IoT membantu masyarakat di saat pandemi atau New Normal di Indonesia adalah perangkat telemedik yang dapat membantu memonitor indikator kesehatan seseorang.
- Keamanan siber
Keamanan siber adalah salah satu teknologi vital bagi perusahaan, utamanya bagi perusahaan yang proses bisnisnya mengandalkan teknologi berbasis data. Kini lebih banyak perhatian untuk keamanan siber karena insiden peretasan kian terjadi menyasar perusahaan ternama. Selama pandemi Covid-19, banyak individu didorong untuk bekerja secara remote sehingga besar kemungkinan data pribadi lebih rentan atau setidaknya tidak dilindungi dengan cara yang tepat. Selain itu, peningkatan serangan ransomware di lembaga kesehatan bahkan peretasan di pusat penelitian juga terjadi saat pandemi sehingga mendorong pentingnya perlindungan data.
Teknologi SAFR (Secure
Accurate Facial Recognition)
SAFR 2.0 adalah teknologi
pengenalan wajah (facial recognition) menggunakan Artificial Intelligence (AI)
yang mampu mengetahui wajah orang yang menggunakan masker dengan akurasi
tinggi. Selain masker, SAFR mampu mengenali wajah orang yang menggunakan topi,
kacamata, bahkan orang yang menggunakan hijab sekalipun. SAFR memiliki akurasi
mencapai 99,87 persen berdasarkan hasil tes oleh sebuah lembaga prestisius
yaitu National Institute of Standard and Technology (NIST). Melihat hasil
laporan NIST pada bulan Juli 2019 untuk kategori Wild Faces, SAFR hanya
membutuhkan waktu 100 milidetik saja untuk dapat mengenali wajah orang dan
hingga saat ini algortima pengenalan wajah SAFR adalah yang tercepat di dunia.
"Dengan SAFR 2.0 dapat membantu pemantauan petugas di lapangan menjadi
lebih efisien dan produktif, misalnya jika tertangkap oleh kamera CCTV ada
orang yang tidak menggunakan masker maka SAFR dapat mengirimkan peringatan.
Notifikasi peringatan tersebut dapat dikirimkan melalui berbagai macam media
chatting saat ini seperti whatsapp, telegram atau media komunikasi
lainnya," ungkap Senior Director PT RealNetworks Indonesia, Ria
Tanusendjaja, dalam siaran persnya, Selasa (9/6). Selain itu, solusi SAFR 2.0
ini dapat dimanfaatkan untuk pengurangan kontak fisik dalam membantu pencegahan
penyebaran Covid-19, seperti pergantian mesin absensi barbasis fingerprint
dengan pengenalan wajah, peralihan penggunakaan kartu atau tombol pada pintu
dan gate dengan menggunakan pengenalan wajah. Tidak hanya wajah, SAFR pun dapat
membantu pemantauan terhadap objek manusia di dalam suatu lokasi. Jika
tedeteksi jumlah orang yang sangat banyak maka SAFR dapat melakukan peringatan
atau mengirimkan notifikasi kepada petugas untuk melakukan pembatasan. Hal ini
merupakan solusi untuk mewujudkan social distancing atau pembatasanpembatasan
pada lokasi tertentu agar dapat membantu pencegahan penyebaran Covid19. SAFR
akan terus melakukan inovasi-inovasi teknologi untuk membantu
perusahaanperusahaan menghadapi era new noemal dan pencegahan penyebaran
Covid-19.
Tiga manfaat teknologi
AI di masa new normal:
1. AI membantu konsumen lebih bijak mengatur pengeluaranKonsumen dapat dengan mudah menganalisis dan membandingkan biaya pengeluaran, karena teknologi AI dapat mengatur dan menganalisis berbagai data secara real-time, termasuk data perbankan. Perusahaan fintech banyak yang memanfaatkan AI untuk membantu pengguna mengurangi pengeluaran, menemukan kesepakatan, dan menghemat uang. Hal ini tentu menguntungkan mengingat, saat ini, orang Amerika mencari lebih banyak penawaran daripada sebelumnya. Laporan bulan Mei 2020 dari Federal Reserve menemukan bahwa 37 persen orang Amerika tidak memiliki akses langsung pendanaan untuk keadaan darurat yang tidak terduga, sementara 15 persen perlu mengeluarkannya dengan kartu kredit. Namun, pada catatan positif, tingkat tabungan Amerika melonjak menjadi 33 persen pada bulan April karena orang-orang tinggal di rumah, tertinggi sejak 1960-an, menurut data dari Biro Analisis Ekonomi. Aplikasi perbankan seperti Moven dan Simple memungkinkan pengguna melacak pengeluaran, menganggarkan dana terbatas, dan lebih berhemat melalui rekomendasi nyata yang dipersonalisasi.
2. AI membuat Wi-Fi dapat diandalkan dan cepat
Menurut laporan pekerjaan LinkedIn pada April 2020, industri perangkat keras dan jaringan tetap dalam kondisi baik, meskipun ada masalah ekonomi. Tingkat perekrutan bahkan naik 2,3 persen pada bulan tersebut. Menariknya, mereka menggunakan internet dan teknologi jarak jauh untuk bekerja dan mencari pekerjaan. Selain itu, selama masa pandemi, jumlah penonton Netflix mencapai titik tertinggi menurut AT&T. Tahun lalu, Netflix sendiri mengambil 12 persen dari semua lalu lintas web. Perusahaan yang berbasis di California ini menggunakan AI untuk mempersonalisasi rekomendasi film. Metode ini menyumbang 80 persen dari waktu streaming, yang berarti ini adalah ukuran yang sangat efektif. Dari ribuan pilihan, berdasarkan data yang didukung AI, perusahaan teknologi juga memilih thumbnail yang paling merangsang menonton untuk semua film dan acara TVnya. Teknologi AI ini juga memecahkan masalah konektivitas pengguna melalui data yang lebih cerdas, serta pemecahan masalah otomatis dan identifikasi masalah jaringan secara real-time. Misalnya, jaringan berbasis AI Juniper Networks baru-baru ini mengoptimalkan pengalaman Wi-Fi untuk karyawan di Gap dan siswa serta pengajar di Dartmouth College.
3. AI memungkinkan pengguna berbicara dengan perangkat
Alexa Amazon, Siri Apple, dan Asisten Google telah ada selama bertahun-tahun. Teknologi ini juga dapat lebih memahami maksud pengguna, meskipun kata-kata tidak dikomunikasikan dengan sempurna. Saat ini, orang dapat berinteraksi dengan agen AI secara cerdas dan menerima respons yang dipersonalisasi. Pengenalan ucapan otomatis (ASR) semakin canggih hingga ke titik di mana pengguna dapat memesan penerbangan atau hotel melalui agen AI. Sistem ASR dapat mengidentifikasi maskapai atau produk yang relevan dan melanjutkan ke proses pembayaran. Di antara perusahaan, 43% mengatakan mereka saat ini mengirim komunikasi bertenaga AI kepada karyawan. 35% mengatakan mereka mengirim interaksi yang didukung AI kepada pelanggan, menurut laporan Ilmu Naratif yang disebutkan di atas. Manusia dan AI bekerja sama untuk menghasilkan hasil yang diinginkan. Seperti yang ditunjukkan contoh di atas, AI memiliki sejumlah kasus penggunaan praktis untuk wirausahawan dan perusahaan yang meningkatkan pengalaman dan pengguna yang lebih baik bahkan di tengah-tengah kenormalan baru.
Komentar
Posting Komentar